Saturday 10 September 2016

PANTUN ILMU TAUHID

http://halaqah.net/v10/index.php?topic=4139.0

Datang menerpa si rama-rama,

Si ulat bulu di atas dahan;

Ilmu apa paling utama,

Itulah ilmu mengenal Tuhan


Camar sekawan di bumbung kapal,

Anak merpati terbang perlahan;

Jikalau Tuhan tidak dikenal,

Sudahlah pasti tersalah sembahan

 

Pokok rambutan lebat buahnya,

Tumbuhnya rendah di tepi selat;

Tersalah sembahan buruk padahnya,

Segala ibadah tiada manfaat

 

Dari Asahan ke Batu Bara,

Membawa bekal buah delima;

Mengenal Tuhan apakah cara,

Gunalah akal dengan saksama

 

Menjahit langsir di atas rumah,

Hari kenduri lagi sebulan;

Akal mentafsir Quran dan sunnah,

Alam dan diri sebagai perhatian

 

Pucuk paku dihidang nyonya,

Orang Belanda makan berkawan;

Setiap yang berlaku ada pelakunya,

Itulah tanda kewujudan Tuhan

 

Pungguk tertawa melihat bulan,

Cerahnya sekerat dilitup awan;

Ambillah nyawa sebagai tamsilan,

Tempatnya di jasad tiada ketahuan

 

Membeli dupa di negeri China,

Tembikar bulat dan juga lampu;

Tiada rupa tiada warna,

Untuk melihat mata tak mampu

Syair Cinta Rabi'ah al-Adawiyah

https://dwikisetiyawan.wordpress.com/2011/04/29/puisi-puisi-sufi-rabiah-al-adawiyah/?blogsub=confirming#subscribe-blog
Puisi-puisi Sufi atau Syair-syair Cinta Rabi’ah al-Adawiyah berikut, saya kutip dari buku Mahabbah Cinta Rabi’ah al-Adawiyah, terbitan Yayasan Bentang Budaya Yogyakarta, Cetakan Keempat Juni 1999. Editornya Asfari MS dan Otto Sukatno CR. Tentu saja tidak dikutip semuanya. Saya  juga melakukan beberapa sentuhan bahasa, agar puisi ini lebih puitis. Selamat membaca.

I
Alangkah sedihnya perasaan dimabuk cinta
Hatinya menggelepar menahan dahaga rindu
Cinta digenggam walau apapun terjadi
Tatkala terputus, ia sambung seperti mula
Lika-liku cinta, terkadang bertemu surga
Menikmati pertemuan indah dan abadi
Tapi tak jarang bertemu neraka
Dalam pertarungan yang tiada berpantai
II
Aku mencintai-Mu dengan dua cinta
Cinta karena diriku dan cinta karena diri-Mu
Cinta karena diriku, adalah keadaan senantiasa mengingat-Mu
Cinta karena diri-Mu, adalah keadaan-Mu mengungkapkan tabir
Hingga Engkau ku lihat
Baik untuk ini maupun untuk itu
Pujian bukanlah bagiku
Bagi-Mu pujian untuk semua itu
III
Tuhanku, tenggelamkan aku dalam cinta-Mu
Hingga tak ada satupun yang mengganguku dalam jumpa-Mu
Tuhanku, bintang gemintang berkelip-kelip
Manusia terlena dalam buai tidur lelap
Pintu pintu istana pun telah rapat
Tuhanku, demikian malam pun berlalau
Dan inilah siang datang menjelang
Aku menjadi resah gelisah
Apakah persembahan malamku, Engkau terima
Hingga aku berhak mereguk bahagia
Ataukah itu Kau tolak, hingga aku dihimpit duka,
Demi kemahakuasaan-Mu
Inilah yang akan selalau ku lakukan
Selama Kau beri aku kehidupan
Demi kemanusian-Mu,
Andai Kau usir aku dari pintu-Mu
Aku tak akan pergi berlalu
Karena cintaku pada-Mu sepenuh kalbu
IV
Ya Allah, apa pun yang akan Engkau
Karuniakan kepadaku di dunia ini,
Berikanlah kepada musuh-musuh-Mu
Dan apa pun yang akan Engkau
Karuniakan kepadaku di akhirat nanti,
Berikanlah kepada sahabat-sahabat-Mu
Karena Engkau sendiri, cukuplah bagiku
V
Aku mengabdi kepada Tuhan
bukan karena takut neraka
Bukan pula karena mengharap masuk surga
Tetapi aku mengabdi,
Karena cintaku pada-Nya
Ya Allah, jika aku menyembah-Mu
karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya
Dan jika aku menyembah-Mu
karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya
Tetapi, jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata,
Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajah-Mu
yang abadi padaku
VI
Alangkah buruknya,
Orang yang menyembah Allah
Lantaran mengharap surga
Dan ingin diselamatkan dari api neraka
Seandainya surga dan neraka tak ada
Apakah engkau tidak akan menyembah-Nya?
Aku menyembah Allah
Lantaran mengharap ridha-Nya
Nikmat dan anugerah yang diberikan-Nya
Sudah cukup menggerakkan hatiku
Untuk menyembah-Mu
VII
Sulit menjelaskan apa hakikat cinta
Ia kerinduan dari gambaran perasaan
Hanya orang
yang merasakan dan mengetahui
Bagaimana mungkin
Engkau dapat menggambarkan
Sesuatu yang engkau sendiri bagai hilang
dari hadapan-Nya, walau ujudmu
Masih ada karena hatimu gembira yang
Membuat lidahmu kelu
VIII
Andai cintaku
Di sisimu sesuai dengan apa
Yang kulihat dalam mimpi
Berarti umurku telah terlewati
Tanpa sedikit pun memberi makna
IX
Tuhan, semua yang aku dengar
di alam raya ini, dari ciptaan-Mu
Kicauan burung, desiran dedaunan
Gemericik air pancuran
Senandung burung tekukur
Sepoian angin, gelegar guruh
Dan kilat yang berkejaran
Kini
Aku pahami sebagai pertanda
Atas keagungan-Mu
Sebagai saksi abadi, atas keesaan-Mu
dan
Sebagai kabar berita bagi manusia
Bahwa tak satu pun ada
Yang menandingi dan menyekutui-Mu
X
Bekalku memang masih sedikit
Sedang aku belum melihat tujuanku
Apakah aku meratapi nasibku
Karena bekalku yang masih kurang
Atau karena jauh di jalan yang ‘kan kutempuh
Apakah Engkau akan membakarku
O, tujuan hidupku
Di mana lagi tumpuan harapanku pada-Mu
Kepada siapa lagi aku mengadu?
XI
Ya Allah
Semua jerih payahku
Dan semua hasratku di antara segala
kesenangan-kesenangan
Di dunia ini, adalah untuk mengingat Engkau
Dan di akhirat nanti, di antara segala kesenangan
Adalah untuk berjumpa dengan-Mu
Begitu halnya dengan diriku
Seperti yang telah Kau katakan
Kini, perbuatlah seperti yang Engkau kehendaki
XII
Ya Tuhan, lenganku telah patah
Aku merasa penderitaan yang hebat atas segala
yang telah menimpaku
Aku akan menghadapi segala penderitaan itu dengan sabar
Namun aku masih bertanya-tanya
Dan mencari-cari jawabannya
Apakah Engkau ridha akan aku
Ya, Ya Allah
O Tuhan, inilah yang selalu mengganggu langit pikiranku
XIII
Ya Allah
Aku berlindung pada Engkau
Dari hal-hal yang memalingkan aku dari Engkau
Dan dari setiap hambatan
Yang akan menghalangi Engkau
Dari aku
XIV
Ya Illahi Rabbi
Malam telah berlalu
Dan siang datang menghampiri
Oh andaikan malam selalu datang
Tentu aku akan bahagia
Demi keagungan-Mu
Walau Kau tolak aku mengetuk pintu-Mu
Aku akan tetap menanti di depannya
Karena hatiku telah terpaut pada-Mu
XV
Tuhanku
Tenggelamkan diriku ke dalam lautan
Keikhlasan mencintai-M
Hingga tak ada sesuatu yang menyibukkanku
Selain berdzikir kepada-Mu
*****
Referensi:
  • Asfari MS dan Sukatno CR (Editor), Mahabbah Cinta Rabi’ah al-Adawiyah, Yayasan Bentang Budaya Yogyakarta, Cetakan Keempat Juni 1999.
  • Philip K. Hitti, History of The Arabs, PT Serambi Ilmu Semesta Jakarta, Cetakan Pertama Oktober 2008

GURINDAM

Apabila banyak berkata-kata
Di situlah jalan masuk dusta
http://halaqah.net/v10/index.php?topic=4139.0

Apabila  berlebih-lebihan suka
Itu tanda hampir nya duka
Apabila kurang siasat
tanda2 mencari sesat
Apabila anak tidak dilatih
Jika besar bapanya letih
Apabila mencacat orang
Itulah tanda dirinya kurang
Apabila  banyak tidur
Sia-sia sajalah umur
Apabila mendengar akan kabar
Menerimanya itu hendaklah sabar
Apabila mendengar akan aduan
Membicarakannya  hendaklah cemburuan
Apabila perkataan yang lemah lembut
Lekaslah segala orang mengikut
Apabila perkataan yang amat kasar
Lekaslah orang sekalian gusar
Apabila pekerjaan yang amat benar
Tidak boleh orang berbuat onar

MENGENAL DIRI




http://ikanlepu.blogspot.my/2012/05/pantun-mengenal-diri.html


BISMILLAH itu mula disebut, Rahman dan Rahim sifat mengikut, dunialah akhirat nyatalah luput, jalan hakikat pula diturut. 
Alhamdulillah pujinya insan, Robbil 'alamin sifatnya Tuhan, selawat Nabi akhir zaman, Muhammad Amin Habib-ur Rahman. 
Jalan yang takzim pula dikata, atas Nabi junjungan kita, sahabat empat nyatalah serta, tiada berhenti sekejap masa. 
Jalan hakikat sangat terbilang, tiada binasa urat dan tulang, daging dan darah tiada hilang, maka sifat itu dibawa pulang. 
Jikalau sifat kita sudah binasa, kepada Nabi tiada berjumpa, segala amalan tiada tiba, tiada dapat syurga yang baqa'. 
Jangan binasa sifatmu tuan, tiada bertemu hamba dengan Tuhan, hakikat kita tinggal di jalan, segala amalan menjadi haiwan. 
Jika begitu kalau kita tidak mengkaji, kepada Nabi mendapat keji, malaikat tidak membawa wahyu, Allah tiada mungkirkan janji. 
Mengenal Tuhan tak boleh nyata, kerana tak boleh dipandang mata, hingga diri jua yang dicita, kenal olehmu sifatnya kita. 
Tatkala Adam dengan Hawa, dendam berahi antara keduanya, napi dan isbat itulah Dia, kepada kita menjadi rahsia. 
Cari guru mengenal diri, yang diamanat olehlah Nabi, jangan takut penat dan rugi, asalkan dapat ilmu sejati. Guru yang mursyid hendaklah dicari, Itulah ulamak mewarisi Nabi, jika di situ ia mengajari, di situlah tuan menyerah diri. 
Wahai sekalian saudara-saudaraku, mengenal waktu biarlah tentu, jikalau tak kenal waktu itu, akhirnya kamu menyembah batu. 
Waktu kita di alam roh, berkata Allah pada nyawa, bukankah Aku Tuhanmu segala, betullah Tuhan itu katanya nyawa. 
Jadi olehmu mursyid yang utama, yang sebenar makrifah boleh dibawa, seperti badan dengannya nyawa, dunia akhirat bersama-sama. 
Hakikat makrifat menyucikan badan, air Maal Hayat yang menjalankan, zikrullah yang diasyikkan, kurangkan tidur ataupun makan. 
Jalan hakikat bukan kepalang, jalan disuluh semuanya terang, zahir dan batin semuanya lapang, kerana sirr yang empunya pandang. 
Wahai saudaraku dengarlah tuan, yang sebenar hidup itu katanya Tuhan, kuntum yang tujuh di situlah tersimpan, itulah pakaian Wali 9. 
Kuatnya tubuh itulah nyawa, sekalian yang zahir takluk padanya, syurga yang tujuh dia yang punya, kepada kita menjadi rahsia. 
Jalan hakikat sangat terpilih, hendaklah tahu asalnya benih, napi di dalam hati yang putih, makrifat kita baharulah jernih. 
Adapun sifat makni itu tiada bersekutu, sifat Allah namanya itu, tiada boleh bandingankan sesuatu, wujud Allah namanya itu. 
Tuntutlah ilmu walau di mana, amal dan ilmu tiada terhingga, amal tanpa ilmu diazab kita, di akhirat tiada lagi berguna. 
Kejadian kita dari air yang lazat, cahayanya seperti kilat, tatkala asyik tiada ingat, baharulah ada junub dan janabat. 
Di wadi mani manikam, asalnya ia daripada kalam, dengan khudrat Tuhan Halikul Alam, Yang menjadikan tubuh anak Adam. 
Jika tarekat hendak dibawa, carikan guru akan petuanya, supaya kita jangan bertuhankan nyawa, hakikat kita tiada derhaka. 
Siapa beramal dengan jahalnya, tiada tahu sah batalnya, amal tiada diterima Tuhannya, di dalam neraka kekallah kita. 
Wahai segala saudara-saudaraku, mengenal Kaabah biarlah tentu, jikalau tak kenal Kaabah itu, akhirnya kamu menyembah batu. 
Wahai saudara tua dan muda, fikirkanlah kamu sentiasa, janganlah seperti orang yang buta, tinggal ilmu mencari harta. 
Hidup tiada ingat akan mati, bersuka ria sepanjang hari, hanya harta dapatkan diri, tiga lapis kain kapan sahaja diberi. 
Jalan hakikat bukannya kepalang, jalan disuluh semuanya terang, jikalau hati syak dan waham, cahaya yang terang menjadi kelam. 
Wahai sekalian saudara-saudaraku, jalan hakikat demikianlah itu, jikalau boleh pintalah selalu, jangan binasa sifatmu itu. 
Hati yang mukmin suci dan ikhlas, laksana air di dalam gelas, cuci hatimu seperti kapas, makrifah kita baharulah jelas. 
Syariat itu martabatnya tinggi, yang dipakai oleh Saidina Ali, barang siapa dapat asalnya jadi, yang bergantung tiada bertali. 
Syariat, tarekat terlalu mulia, Itulah pakaian wali anbia, barang siapa dapat asalnya, bolehlah membawa badan serta nyawa....

Thursday 8 September 2016

JENIS GURINDAM

Gurindam Dua Baris

Buat jahat jangan sekali
Buat baik berkali kali

Solatlah bagai solatmu yang terakhir
Jangan amalkan solatmu diakhir-akhir


Gurindam Empat Baris

Akhirat itu pasti
Tiada akhirnya lagi
Selalulah ingat mati
Bekalan ibadat bikalan diri

Hidup didunia hanya sementara
Ingatlah Allah setiap masa
Berbuat baik sesama Saudara
Elakkan khianat serta angk

Pengertian, Ciri Ciri, dan Contoh Gurindam

Pengertian, Ciri Ciri, dan Contoh Gurindam

Pengertian, Ciri Ciri, dan Contoh Gurindam - Gurindam adalah karya sastra lama yang berbentuk puisi yang terdiri dari dua baris kalimat yang memiliki rima atau sajak yang sama. Gurindam sendiri memiliki lebih dari satu bait yang terdiri dari 2 baris tiap baitnya. Baris pertama pada gurindam merupakan baris syarat, masalah, persoalan atau perjanjian dan baris kedua merupakan jawaban atau akibat dari masalah atau hal yang terjadi pada baris pertama. Gurindam sangat berbeda dengan pantun. Gurindam hanya memiliki 2 larik padaa satu bait pantun sedangkan pantun memiliki 4 baris dalam tiap bait. Di dalam gurindam, kalimat antar larik/baris saling berkaitan. Sebenarnya gurindam merupakan satu kalimat majemuk utuh yang memiliki hubungan sebab akibat. 

Ciri-Ciri Gurindam


1. Gurindam terdiri dari dua baris tiap baitnya.
2. Tiap baris memiliki jumlah kata sekitar 10-14 kata.
3. Tiap baris memiliki hubungan sebab akibat.
4. Tiap baris memiliki rima atau bersajak A-A, B-B, C-C, dan seterusnya.
5. Isi atau maksud dari gurindam ada pada baris kedua.
6. Isi gurindam biasanya berupa nasehat-nasehat, filosofi hidup atau kata-kata mutiara.

Macam-Macam Gurindam


Jika dilihat dari barisnya, ada 2 macam bentuk guridam, yaitu gurindam berkait dan gurindam berangkai. Di bawah ini adalah pengertian dan contoh-contoh gurindam.

1. Gurindam Berkait

Gurindam berkait adalah gurindam yang bait pertama berhubungan dengan bait berikutnya dan juga pada bait seterusnya.

Contoh:

Sebelum berbicara pikir dahulu
Agar tak melukai hati  temanmu
kalau berbicara semaumu 
tentulah banyak orang yang membencimu

Barang siapa tidak memiliki agama
Pastilah sesat hidupnya di dunia.

Barang siapa yang hidupnya tidak ingin sesat di dunia dan akhirat
Maka cepat-cepatlah bertaubat sebelum terlambat

2. Gurindam berangkai

Gurindam berangkai adalah bentuk gurindam yang memiliki kata yang sama di setiap baris pertama baitnya.

Contoh:

Temukan apa yang dimaksud sahabat
Temukan apa yang dimaksud maksiat
Janganlah menjadi orang yang memelas
Nanti kamu menjadi orang yang malas

Contoh-Contoh Gurindam 
Barang siapa tinggalkan sholat
Akan menuntun ke perbuatan maksiat
Barang siapa melakukan perbuatan maksiat
Pasti akan disiksa di akhirat

Jika bekerja tidak berhati lurus
Pikiran akan menjadi tergerus 
Jika pikiran selalu tergerus
Pikiran tak karuan tubuh menjadi kurus
Advertisement

Apabila selalu mencela orang
Tandanya dia bermain curang
Jika Anda bermain curang
Tentulah lawan menjadi berang

Apabila orang banyak berkata
Itu tandanya dia berdusta

Dengan orang tua jangan pernah melawan
Kalau tidak mau hidup berantakan
Jagalah hati jagalah lisan
Agar kau tidak hidup dalam penyesalan
Sayangilah orang tua dengan sepenuh hati
Itulah cara menunjukan bakti
Teruslah menyakiti diri sendiri
Kelak kau akan mati berdiri

Belajar janganlah ditunda-tunda
Karena kamu tidak akan kembali muda
Jika kamu terus menunda 
Hilanglah sudah kesempatan berharga

Masa lalu biarlah berlalu
Masa depan teruslah kau pacu
Apabila anak tak diajari ilmu agama
Pastilah anak menjadi tercela
Lestarikan alam kita 
sebelum alam menjadi murka
Belajarlah demi masa depan
Untuk mencapai semua harapan

Apabila mata terjaga
Hilanglah semua dahaga
Apabila kuping tertutup handuk
Hilanglah semua kabar buruk
Apabila mulut terkunci rapat
Hilanglah semua bentuk maksiat
Apabila tangan tidak terikat rapat
Hilanglah semua akal sehat
Apabila kaki tidak menapak
Larilah semua orang serempak

Jika hendak mencapai akhirat
Teruslah berdoa dan jangan lupa bertaubat
Jika hendak menggapai cita-cita
Bekerjalah lebih dari rata-rata
Jika hendak hidup bahagia
Jangan penah melakukan perbuatan sia-sia
Jika hendak mencari cinta sejati
Carilah dengan penuh hati-hati

Barang siapa tidak takut tuhan
Hidupnya tidak akan bertahan
Barang siapa tidak pernah puasa
Hidupnya akan penuh dosa
Barang siapa meninggalkan sholat
Berarti dia berbuat maksiat
Barang siapa tidak pernah mengeluarkan zakat
Hartanya tidak akan mendapat berkat
Barang siapa yang mampu melaksanakan haji
Tentulah orangnya patut dipuji 

Apabila dengki sudah merasuki hati
Tak akan pernah hilang hingga nanti
Apabila kelakuan baik berbudi 
Hidup menjadi indah tak akan merugi
Apabila hidup selalu berbuat baik
Tanda dirinya berhati cantik

MENGENALI GURINDAM

Gurindam adalah bentuk puisi lama yang terdiri dari dua bait, tiap bait terdiri dari 2 baris kalimat dengan rima yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Gurindam ini dibawa oleh orang Hindu atau pengaruh sastra Hindu. Gurindam berasal daribahasa Tamil (India) yaitu kirindam yang berarti mula-mula amsal, perumpamaan. Baris pertama berisikan semacam soalmasalahatau perjanjian dan baris kedua berisikan jawaban nya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi. Contoh:
Barang siapa tiada memegang agama,
Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
Maka ia itulah orang yang ma’rifat.
Gendang gendut tali kecapi
Kenyang perut senang hati
Pengarang gurindam yang terkenal adalah Raja Ali Haji, saudara sepupu Raja Ali yang menjadi raja muda di Riau (1844-1857). Gurindam 12 pasal karya Raja Ali Haji yang terkenal berjudul “Gurindam Dua Belas”.